Mukadimah
Wilayah Timur Tengah telah menjadi ajang konflik selama bertahun-tahun. Konflik yang penuh darah semakin marak seiring runtuhnya Kekhalifahan Turki Utsmani. Beragam elemen masalah telah membuat konflik-konflik tersebut seolah tidak akan pernah padam; mulai dari keberadaan Negara Israel, gesekan Sunni – Syi’ah, dan campur tangan negara-negara Barat (Amerika dan sekutunya).
Lebanon merupakan negara kecil yang lahir sebagai akibat kekalahan Turki Utsmani dalam Perang Dunia I. Negara tersebut khas dengan masyarakat sektariannya. Lebanon pun memiliki posisi strategis terkait letaknya yang berada di simpang pengaruh Syi’ah dan Israel. Dari Negara ini pulalah, berbagai dimensi konflik Timur Tengah dapat dipahami.
Ketika Wala’ diberikan pada Kaum Kafir
Pasca kekalahan Turki Utsmani di Perang Dunia I, Inggris dan Perancis berhasil menduduki wilayah Syria (Suriah) Raya. Mereka kemudian membagi Suriah menjadi empat wilayah. Perancis mendapat wilayah utama Suriah (negara Suriah saat ini) dan Lebanon, sedangkan Inggris mendapat Palestina dan Transjordan (sekarang Yordania).
Dalam Perang Dunia I, Inggris dibantu Legiun Arab dan Yahudi yang bekerja bahu membahu mengalahkan tentara Turki. Legiun Arab dibentuk oleh Kapten T. E. Lawrence (Lawrence of Arabia) dan pimpinan Bani Hashim (dari suku Quraisy), yaitu Sharif Hussein bin Ali. Karena itulah putra-putra Sharif Hussein diberi imbalan kekuasaan.
Pangeran Abdullah bin Hussein al Hashimi diangkat sebagai penguasa Transjordan. Hingga saat ini negara Yordania merupakan kerajaan yang dipimpin oleh keturunan Pangeran abdullah bin Hussein al Hashimi. Itulah mengapa para penguasa Yordania memiliki loyalitas yang tinggi terhadap Inggris dan negara-negara Barat pada umumnya.
Sementara Pangeran Faisal bin Hussein al-Hashimi diangkat sebagai penguasa Suriah. Namun pada tahun 1920, Perancis mengusir Pangeran Faisal dari Suriah karena dianggap lebih setia kepada Inggris. Sehingga berakhirlah kekuasaan Bani Hashim di Suriah.
Kekuasaan Bani Hashim juga lepas atas jazirah Arab. Hal ini terjadi pada tahun 1925, saat Bani Saud dari Nejed berhasil menguasai Mekah. Sharif Hussein bin Ali pun lari ke Yordania. Bani Saud kemudian berhasil menguasai mayoritas jazirah Arab (sekarang Saudi Arabia).
Pada Perang Dunia I, Inggris dan Perancis menjanjikan kemerdekaan Suriah Raya jika bangsa Arab membantu melawan Turki. Namun hal itu baru dipenuhi pasca Perang Dunia II. Sekitar tahun 1946, pasukan Inggris dan Perancis resmi meninggalkan wilayah Suriah Raya (kecuali Palestina).
Pemberian kemerdekaan tersebut merupakan bom waktu, karena wilayah Suriah Raya dipecah menjadi 4 negara, yaitu Yordania, Lebanon, Suriah, dan Palestina (masih di bawah kekuasaan Inggris). Hal ini untuk mencegah terjadinya persatuan pada bangsa Arab, terutama saat Israel memproklamirkan berdirinya negara Yahudi di Palestina pada tahun 1948.
Peranan Pak Haji Zain
Pada tahun 1925, Pak Haji Zain masih berada di Mekah menuntut ilmu. Peperangan yang berlaku diantara pihak Saud dan Bani Hashim di pandang serius oleh nya, ini kerana kemasukan pihak Saud ke Tanah Haram banyak melakukan porak peranda dan kekejaman. Pada ketika sudah tiada wakil Bani Hashim di Mekah dan Madinah kerana mereka sudah pun lari ke Yordania.
Pada ketika itu Mekah dan Madinah berada dalam keadaan tidak aman, sehinggakan ramai orang-orang Melayu terpaksa meninggalkan kota ada yang terpaksa pulang ke tanah air. Walaubagaimanapun Pak Haji Zain serta beberapa orang Melayu masih tinggal di Mekah bersama puak yang lain.
Kedudukan Umat Melayu ketika itu sememangnya dalam bahaya. Melihat keadaan yang tidak menentu itu, dengan keberanian dan kebijaksanaannya, Pak Haji Zain menunggang kuda sendirian bertemu dengan wakil kerajaan Saud.
Hasil daripada perbincangan dan perundingan itu akhirnya seluruh umat Melayu (Jawi) yang sedia ada disana bolehlah terus menetap di Tanah Arab tanpa gangguan oleh kerajaan yang memerintah ketika itu. Hasil perjanjiannya dengan Wakil Kerajaan Saud maka dapatlah orang Melayu keluar masuk ke Tanah Haram dengan selamat, malah dihormati dan disegani oleh Bangsa Arab sehinggalah ke hari ini.
Pak Haji Zain kemudiannya pulang ke tanah air dan berkhidmat sebagai 'kerani kupang' di pejabat Tanah Kota Setar dalam tahun 1926. Beliau juga telah melakukan beberapa kerja lain dalam tahun-tahun berikutnya sehinggalah menjadi penjual kitab di Pekan Rabu.
Beliau meninggal dunia dirumahnya pada tanggal 26 September 1976 pada jam 1:45 tengahari selepas Zohor pada umur 75 tahun akibat sakit tua.
Sumber Utama Kisah Pak Haji Zain:
Riwayat Hidup Seorang Tok Guru